Pengumuman Hasil Seleksi CPNSD Kab. Wonosobo Tahun 2010 bisa di download disini
Selasa, 28 Desember 2010
Sabtu, 13 November 2010
Pengumuman Pendaftaran CPNS Kab. Wonosobo Tahun 2010
Pengumuman Pendaftaran CPNS Kab. Wonosobo Tahun 2010 bisa di download disini
Rabu, 27 Oktober 2010
Sugeng Tindhak Mbah Marijan
Ada beberapa hal yang bisa teladani dari sikap Mbah Maridjan tersebut.
Pertama, Mbah Maridjan memberikan contoh kepada kita tentang bagaimana sebuah tanggung jawab yang dipegang teguh selama menjalankan tugas dan pekerjaannya. Seperti petugas pemadam kebakaran yang mempertaruhkan nyawa untuk memadamkan api, begitu pula Mbah Maridjan yang rela menantang maut demi menjalankan tugasnya sebagai juru kunci Merapi. Satu sikap yang belakangan tidak mudah ditemukan dalam diri pejabat publik kita. Saat ini banyak orang yang sudah tidak menjalankan tugas dan tanggung jawab yang diembannya secara amanah. Anggota DPR yang tidur saat sidang atau bahkan tidak pernah menghadiri sidang, sipir penjara yang berkolusi membebaskan narapidana, polisi yang tidak menjaga letusan senjatanya, jaksa yang menjual tuntutan demi meraih ratusan juta bahkan miliaran rupiah, hakim yang tidak menjalankan tugas undang-undang untuk menghadirkan saksi penting, dan banyak lagi contoh drama pengingkaran tanggung jawab yang dimainkan oleh pejabat publik di negeri ini.
Kedua, Mbah Maridjan juga memberikan motivasi kepada kita bagaimana sebuah keberanian diperlukan untuk 'melawan' kekuatan yang tidak sesuai dengan kebenaran yang diyakininya. Mungkin sebagian orang akan memberi label sebagai orang yang 'mbalelo, keras kepala atau ngeyel. Baginya mengungsi bukanlah jalan terbaik untuk terhindar dari bencana. Bila sebagian orang melihatnya sebagai bentuk irrasionalitas, justru sikap 'bertahan' Mbah Maridjan adalah yang paling rasional. Saat itu, sebagian besar masyarakat lereng Merapi enggan mengungsi karena khawatir akan kehilangan sumber penghidupan. Padi yang sedang mulai menguning, jagung yang mulai tampak ranum dan hewan ternak yang mulai beranak pinak adalah aset penyangga hidup mereka selama ini. Siapa yang akan menjamin aset tersebut tidak akan hilang atau dicuri orang apabila harus ditinggal mengungsi? Ini bukan soal mbalelo, keras kepala, atau ngeyel. Ini adalah soal bagaimana masyarakat Merapi harus bertahan hidup, tidak hanya dari bahaya letusan Merapi tetapi dari bahaya paceklik dan kemiskinan setelah Merapi meletus. Satu sikap yang sangat rasional.
Ketiga, Mbah Maridjan telah menjadi inspirasi kepada kita untuk bisa membedakan penggunaan kekuasaan pada tempatnya. Ketika itu, Ia hanya akan mau turun kalau diperintahkan oleh Raja Yogya yang memberinya tugas sebagai juru kunci. Sekalipun yang menyuruh Sri Sultan HB X, tetapi Mbah Maridjan meyakini bahwa saat itu kapasitasnya sebagai Gubernur DI Yogyakarta, sehingga ia tidak akan mengikuti himbauan tersebut karena mandatnya sebagai penjaga Merapi diperoleh dari Raja, bukan Gubernur. Sehingga dalam hal ini Mbah Maridjan sama sekali tidak merasa membangkang. Baginya ketetapan untuk tidak mengungsi dan bertahan di lereng Merapi adalah untuk membantu tugas pemerintah menyelamatkan warga.
Sugeng tindhak Mbah Marijan !
(disarikan dari tulisan Budi Masthuri - detik.com)
Jumat, 10 September 2010
Jumat, 13 Agustus 2010
H.A.T.E.U
i can't wait to hate you, make you pain like i do, still can't shake you off. I can't wait to break through these emotional changes seems like such a loss, i can't wait to face you, break you down so low that theres no place left to go - I can't wait to hate you !
BETRAYER
The greater your capacity to love, the greater your capacity to feel the pain - Jennifer Anniston
TAK ADA gading yang tak retak, tak ada kekasih yang tak pernah buat palak. Pecinta sejati pun tak selalu bisa menyediakan semua yang kau inginkan, tak selalu berhasil menghindarkanmu dari luka, bahkan kadang tak bisa mencegah dirinya menjadi sumbernya. Tapi jika dia tak menyayangimu seperti yang kau inginkan, bukan berarti dia tak mencintaimu dengan segala yang dia punya, dengan semua yang dia bisa.
Tak sadar, kita kadang menjadi seperti bos-bos yang menyebalkan itu; menilai sesuatu hanya dari hasil, sama sekali tak memperhitungkan upaya dan perjuangan anak buah. Cinta, semestinya juga bukan semata soal hasil akhir, tetapi lebih kepada pergulatan hari demi hari, antara tangis dan tawa, antara hari yang gurih dan malam yang perih, desah yang legit, kesah yang pahit, tentang tawa yang tak selalu bisa berderai, tentang orgasme yang tak selalu bisa tercapai.
Aku tak bisa menjanjikanmu cinta yang berakhir bahagia, karena cintaku adalah perjuangan tanpa akhir.
Kalian begitu dekat, sehingga denyut nadinya adalah detak jantungmu, rambutmu leluasa menggelombang sampai ke dahinya, ketika matanya terpejam kaulah yang jatuh tertidur. Akankah kau biarkan ada yang lain sedekat itu pula denganmu? Pun jika kau biarkan, akankah dia bisa mencapaimu sudut-sudut jiwamu? (Jangan-jangan dia bahkan tidak tahu di sebelah mana pintu menuju hatimu).
Akankah kau paksa hela napasmu mengenali bau tubuh lain? Bisakah kau pastikan ada bibir lain yang bisa menghapus tuntas bekas bibirnya di bibirmu? (Kata orang, ga selalu mudah loh mencari kontur bibir yang benar-benar fit dengan bibirmu. Bisa malah seperti mencari kepingan puzzle yang tercecer).
Pasti lebih mudah membuka mata melihat perjuangannya mencintaimu, dengan segala ketidaksempurnaannya, menerima dan mencintai ketidaksempurnaanmu. Dia membiarkanmu menjadi dirimu sendiri, saat kau sendiri mulai berpikir untuk menjadi orang lain.
Maka mencintainya, hari demi hari, adalah mencintai dirimu sendiri. Menyadari perihnya akan membuatmu menangis, kebahagiannmu membuatnya tertawa.
DI HADAPANNYA, dalam setiap momen yang kalian punya, ekspresikan segala yang kau rasakan, proyeksikan semua yang kau impikan. Biar menyeruak, seperti pusaran debu diterbangkan angin. Bukankah salju pun membiarkan dirinya meleleh di gerbang musim semi, tanpa pernah sempat memperkenalkan dirinya pada kuncup dan kelopak bunga.
Bertengkarlah dengannya. Berteriaklah dalam bara amarahmu. Di kali lain, cicipi pula pedas kata-katanya, karena hubungan jangka panjang, mustahil bisa selamat dari hal-hal seperti itu. (Tapi kalau dia sudah main tangan, berhentilah membaca ini, dan cari segera kantor polsek terdekat).
Yang penting adalah, bagaimana kamu dan dia bisa kembali merasakan cinta mengobati semua luka, terpadukan lagi, terhubungkan kembali, dan setiap kali itu terjadi, kalian mestinya telah naik satu level, semakin esensial, semakin terbiasa dengan kehadirannya, semakin tak bisa tanpa keberadaannya.
Seperti kehidupan itu sendiri, cinta adalah pergulatan yang pada titik tertentu akan memeras kelenjar air matamu, meremukkan hatimu yang ringkih, membuatmu terjebak dalam malam-malam panjang, saat mata tak bisa dipaksa pejam.
Tetapi tetaplah di situ, bergulat bersama pengertian, kedamaian, pertentangan, kekhilafan, bara api, perih tanpa suara, dan cinta yang menggenapinya.
Karena cinta adalah tentang menyatukan yang pecah, merekatkan yang terpisah, memulihkan luka, mengenali duka, mengakrabi lara, mengerti nestapa. Juga tentang menyediakan bahu menampung air mata. Inilah penyatuan kembali, kesadaran yang datang perlahan, bahwa di balik semua kekalutan itu, kalian sesungguhnya telah membangun sejarah keindahan yang begitu panjang, begitu panjang sehingga luka itu terlihat hanya berupa titik-titik yang tak penting.
Demi semua kegamangan dalam ketidakpastian yang menyelimuti setiap hari yang tiba, inilah hidupmu, ketakutanmu, egomu, mimpimu, esokmu, sejarahmu. Dan untuk itu semua, serela-relanya, kau akan mempertaruhkan segalanya. Ini cinta yang telah kau pilih. Biarlah bersamanya datang segala perih, tak karenanya hati menyerpih. Tak ada luka yang tak bisa pulih.
Tanpa luka, cinta bukanlah cinta. Tanpa tangisan, bagaimana sebuah kisah cinta bisa jadi legenda? Karena bahagia bukan saja tentang riuh tawa, tetapi juga tetes air mata, ketika kita menggunakannya membasuh luka, menenggelamkan duka. Dahsyatnya lara yang bisa kau lewati, adalah ukuran besarnya hati yang kau miliki, dan agungnya cinta yang di
Kamis, 29 Juli 2010
Puisi Emha Ainun Najib
Penawaran
puisi: Emha Ainun Najib
Kenapa kau pampang-pampangkan wajahmu
Tanpa kau perhitungkan apa kata orang yang melihatnya
Bahkan Nabi Muhammad yang wajahnya lumayan gantengnya
Memohon kepada umatnya agar tak menggambar wajahnya
Apakah menurutmu, dengan menatap wajahmu
Orang menjadi berbunga-bunga hatinya, ataukah ingin muntah mulutnya?
Senin, 28 Juni 2010
Alun - Alun Wonosobo Smart, Health and Enjoy
Keberadaan alun-alun (sebagai Ruang Terbuka Hijau/Green Openspace) dengan segala aktifitasnya merupakan bagian dari sistem kota yang akan menentukan perkembangan lebih lanjut suatu kota. Hal ini belum banyak disadari oleh kita, oleh karenanya diperlukan suatu inovasi yang bisa merangkaikan antar system aktifitas dengan pemanfaatan fungsi ruang, mensinergikan antar fungsi ruang yang dalam system kota akan dapat menggerakkan elemen-elemen kota yang lain sehingga kota akan lebih berkembang baik ditinjau dari aspek perkembangan ekonomi kota, aspek perkembangan aktivitas sosial penduduk maupun dari aspek perkembangan kualitas penduduk.
Secara historis, kawasan alun-alun Kabupaten Wonosobo yang dijadikan pusat kegiatan masyarakat dan pemerintahan ini tidak lepas dari eksistensi Ki Muhammad Ngarpah atau Tumenggung Setjonegoro yang memindahkan pusat pemerintahan dari wilayah Selomerto. Sebagaimana alun-alun di Pulau Jawa, keberadaannya mempunyai karakteristik yang hampir sama bahkan bisa dikatakan sama. Semua mengacu pada bentuk alun-alun dari jaman kerajaan masa lalu. Di tengah-tengah terdapat pohon beringin besar yang diberi pagar, yang mempunyai makna bahwa seorang pemimpin itu harus bisa memberi pengayoman kepada rakyatnya. Alun-alun juga terpisah oleh satu jalan tengah yang membelah alun-alun menjadi dua bagian yaitu bagian barat dan bagian timur. Jalan tengah itu menuju pendopo yang berada di sisi utara alun-alun. Jalan tengah mengandung makna bahwa rakyat yang akan sowan atau berkunjung ke rajanya atau pemimpinya harus menampakkan diri atau memberi salam sehingga lebih sopan, dibandingkan melalui jalan samping. Pembagian alun-alun di sebelah barat mempunyai makna kebaikan karena di sisi sebelah barat biasanya terdapat masjid, dan sisi sebelah timur melambangkan keburukan karena biasanya di sisi sebelah timur terdapat pengadilan ataupun penjara. Ada sesuatu yang istimewa diantara hampir semua alun-alun yang ada di tanah Jawa ini, yaitu pohon beringin yang ada di tengah-tengah bagian alun-alun mempunyai bentuk yang mirip antara alun-alun di kabupaten satu dengan yang lainya. Secara umum, pada masa lampau alun-alun memiliki fungsi ganda, yaitu:
- Fungsi administratif, masyarakat berdatangan ke alun-alun untuk memenuhi panggilan ataupun mendengarkan pengumuman atau melihat unjuk kekuatan berupa peragaan bala prajurit dari penguasa setempat.
- Fungsi sosial budaya, hal ini dapat dilihat dari kehidupan masyarakat dalam berinteraksi satu sama lain, apakah dalam perdagangan, pertunjukan hiburan ataupun olah raga.
Pada perkembangannya, secara khusus alun-alun Kabupaten Wonosobo mengalami beberapa kali perubahan secara fisik yang mengarah pada pengalihan fungsi dari yang bersifat tradisional dan konvensional kepada fungsi yang lebih modern dan berdaya guna meskipun fungsi utama alun-alun sebagai kawasan yang berfungsi administratif dan kawasan yang berfungsi sosial budaya.
Alun-Alun Kabupaten Wonosobo yang merupakan Ruang Terbuka Hijau juga sebagai penghasil O2 untuk menekan kadar CO2 di udara. Selain itu juga sebagai barrier getaran, dan bahkan penyerap polusi suara yang banyak dikeluhkan oleh penghuni kota. Tidak bisa dikesampingkan pula peranan ruang terbuka hijau secara visual, yang membantu menghadirkan suasana segar.
Dengan tujuan untuk menjaga keindahan, kebersihan dan ketertiban serta melestarikan fungsi alun-alun sebagai public area dan ruang terbuka hijau, memberikan ruang berekreasi dan berusaha bagi masyarakat, memberikan perlindungan publik atas penggunaan alun-alun oleh penyelenggaran kegiatan tertentu dan memberikan kepastian hukum bagi penyelenggaraan kegiatan pengguna alun-alun melalui Peraturan Bupati Nomor 3 Tahun 2009 tanggal 6 Pebruari 2009, alun-alun Kabupaten Wonosobo difungsikan sebagai:
- Area Publik yang merupakan ruang terbuka hijau sebagai penyangga resapan air, daerah hijau dan taman kota.
- Sarana kegiatan seni budaya, keagamaan dan olah raga secara terbatas; dan
- Sarana kegiatan promosi dan perekonomian secara terbatas.
Sebagai suatu sistem, perubahan satu elemen kota akan mempengaruhi perubahan elemen yang lain. Pemanfaatan fungsi ruangmelalui kegiatan merupakan bagian dari sistem kota, elemen ini berubah seiring dengan perkembangan kota.
Sabtu, 12 Juni 2010
..cerita uang seratus ribu dan seribu rupiah...
Uang seratus ribu berkata pada uang seribu:
“Ya, ampiiiuunnnn. ……… darimana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan kita berpisah, koq kamu udah lusuh banget? Kumal, kotor, lecet dan….. bau!
Padahal waktu kita sama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama keren kan….
Ada apa denganmu?”
Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan nelangsa. Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata :
“Ya, beginilah nasibku , kawan. Sejak kita keluar dari PERURI, hanya tiga hari saya berada di dompet yang bersih dan bagus. Hari berikutnya saya sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet tukang sayur, saya
beralih e kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah, penuh dengan darah dan taik ayam. Besoknya lagi, aku dilempar ke plastik seorang pengamen, dari pengamen sebentar aku nyaman di laci tukang warteg. Dari laci tukang warteg saya
berpindah ke kantong tukang nasi uduk, dari sana saya hijrah ke tukang parkir..
Begitulah perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya saya bau, kumal, lusuh, karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas. ……”
Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin.:
“Wah, sedih sekali perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan pengalamanku. Kalau aku ya, sejak kita keluar dari PERURI itu, aku disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum. Setelah itu aku pindah ke dompet seorang wanita cantik. Hmmm… dompetnya harum sekali. Setelah dari sana, aku lalu berpindah-pindah, kadang-kadang aku ada di hotel berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom mobil mewah, di tempat arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas
selebritis.
Pokoknya aku selalu berada di tempat yang bagus. Jarang deh aku di tempat yang kamu ceritakan itu. Dan…… aku jarang lho ketemu sama teman-temanmu. ”
Uang seribu terdiam sejenak. Dia menarik nafas lega, katanya :
“Ya. Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang nyaman.
Tapi ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan bangga daripada kamu!”
“Apa itu?” uang seratus ribu penasaran.
“Aku sering bertemu teman-temanku di kotak-kotak amal di mesjid atau di tempat-tempat ibadah lain. Sering aku mampir di tempat-tempat itu. Jarang banget tuh aku melihat kamu
disana…..”
Senin, 17 Mei 2010
Green Openspaces
Konsep ruang terbuka hijau kota yang khusus direncanakan sebenarnya berusia belum terlalu tua. Di Eropa kuno, khususnya Yunani dan Romawi, belum terdapat ruang terbuka yang didesain dengan fungsi-fungsi modern seperti yang kita kenal kini. Namun demikian, telah terdapat ruang interaksi berupa pasar besar terbuka yang dipergunakan oleh masyarakat. Di Yunani disebut agora, sementara di Romawi disebut forum.
Dalam perkembangan selanjutnya, wacana ruang terbuka hijau khususnya di perkotaan bukan lagi menjadi wacana lokal dengan pemenuhan hanya pada masyarakat terbatas, namun telah mengglobal hingga diakui dalam Hak Asasi untuk Lingkungan Permukiman (Habitat Bill of Rights). Beberapa butir di dalamnya yang dapat kita cuplik meliputi keharusan penyediaan taman atau ruang terbuka hijau bagi perumahan, pengakomodasian faktor topografi dalam perencanaan perumahan, pedestrian yang diteduhi pepohonan serta perencanaan lingkungan yang harus dapat menjamin terjadinya kontak sosial, mendorong terciptanya identitas kawasan serta membangkitkan rasa memiliki segenap penghuni.
Sejumlah areal di beberapa kota dalam beberapa dasawarsa terakhir ini telah tersingkir akibat pembangunan gedung-gedung yang cenderung berpola “kontainer” (container development) yakni bangunan yang secara sekaligus dapat menampung berbagai aktivitas sosial ekonomi seperti mall, perkantoran, hotel, dan sebagianya yang berpeluang menciptakan kesenjangan antar lapisan masyarakat. Hanya orang-orang kelas menengah ke atas saja yang “percaya diri” untuk datang ke tempat-tempat semacam itu.
Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 30 % dari luas wilayah. Hampir disemua kota besar di Indonesia, Ruang terbuka hijau saat ini baru mencapai 10% dari luas kota. Padahal ruang terbuka hijau diperlukan untuk kesehatan, arena bermain, olah raga dan komunikasi publik. Pembinaan ruang terbuka hijau harus mengikuti struktur nasional atau daerah dengan standar-standar yang ada.